Senin, 12 Agustus 2013

Habis

Habis sudah...Airmata sang kekasih...Meratapi kekasihnya tak berubah
Karna cinta tak mungkin terbagi-bagiJuga cinta tak mau dikhianatiItu sebabnya...
Dan habislah...Rasa di dada yang menyiksa...Akhirnya... Jawabanya...Ketulusan...



Sejauh kaki melangkah, dia belum menemukan ujung itu. Rasanya lelah tak berujung, dia berusaha mempercepat langkahnya agar dia bisa lebih cepat mengakhiri kelelahan ini. dia sudah tak kuat dengan berbagai perlawanan keras disekitar sini, dia mencoba menghindari sayatan sayatan kecil yang smakin lama semakin mendalam. dia berusaha meredam emosinya untuk terus melanjutkan perjalanan ini, walau hatinya tak lagi kuat untuk melangkah, tapi akan dia perjuangkan sampai dia mencapai puncaknya. Hari demi hari dia lewati hanya bertemankan dengan goresan kecil yang semakin lama semakin banyak, tak ada yang memperdulikan, tak ada yang mengusiknya untuk membantu menolongnya, dia sendirian, jika ada adapun hanya seenaknya, dia hanya bagaikan tempat singgah seperti halte, orang dapat mampir kapan saja dan pergi semuanya. hanya dia yang merasakan kesakitan ini, walau dia ceritakan semua pada orang-orang mereka tak akan mengerti karena mereka tidak sedang mengalami masa sulit itu. Tak ada yang mempertanyakan sayatan dan goresan yang ada dihatinya, dia berlari lebih cepat lagi, dia tak ingin goresan ini semakin banyak dan semakin dalam berasa dihatinya. Kadang dia diayun setinggi mungkin lalu dijatuhkan tanpa permisi dan begitulah seterusnya, sepanjang jalan dia hanya bertanya kapan ini semua berakhir? kapan dia dapat mengobati goresan dan sayatan ini? kepada siapa dia harus mengadu? apa mereka akan mengerti apa yang dia ceritakan? sejauh mata memandang, mereka memang tak tahu apa apa, hanya dia yang tau apa yang seharusnya dia lakukan, tapi dia nyaris kaku untuk melakukan sesuatu untuk menyelamatkan dirinya sendiri, dia nyaris merasa terbebukan dengan cinta. Cintalah yang membuat dia merasa berat untuk melalukan sesuatu agar dia tak lagi menangis. rasanya cukup sulit jika dia harus menangis, tangisan dia telah habis tertelan kekesalan, Tak habis habisnya dia berusaha menjadi pencair suasana tapi dia tak mampu melawan ke egoan, dia hanya bisa teruskan perlajanan dan terus bersabar, dia hanya berharap suatu saat ada yang merasakan bagaimana berada diposisinya, tak ada yang pernah mengerti, tak mau berusaha mengerti dengan keadaan dia, sedikitpun dia hanya mendapatkan berbagai sikap formalitas, padahal dia tak meminta banyak, dia tak meminta apa apa, dia tak meminta untuk mengubah, dia hanya terus bersikap baik dan sabar, walaupun disepanjang perjalanan banyak sekali hambatan yang dia dapat, dan dia hanya mengelus dada dan terus melanjutkan perjalanan, dan sampai mana dia akan bertahan menghadapi semua ini? Hanya waktu yang akan menjawab, sesungguhnya berlapang dada itu harus.

0 komentar:

Posting Komentar