Kamis, 05 Juni 2014

Apapun itu, Percayalah

Terimakasih
Bersikap egois
seakan pemenangnya
tapi mampu, berkata ‘Ya’
hanyalah manusia biasa
keramaian perdana
5 tangkai

Aku mampu menggapai
Awalnya sulit
cukup enggan, namun mau
tapi melepuh
mencair, melebur memapar keadaan

aku yakin bisa
meski bertahap
hampir sempurna
Terimakasih


Sedari itu, ku putar seluruh pemikiranku. Ini bukan saatnya lagi aku egois, bukan saatnya aku hanya memikirkan egoku saja. Banyak yang harus aku pertimbangkan lagi. Meski harus beradu dengan hipotalamus, aku melawan.
Walaupun pada kenyataannya, tak seperti yang kubayangkan sebelumnya. Rasakan sedikit saja, aku tak akan berlebih, karena terlalu banyak itu akan menjadi boomerang. Sedari itu....

Sedari itu
Jatuh dan tertimpa
membuat semakin kecil didunia
semesta tahu
namun ia membisu
terlalu gamang melangkah maju

angin berhembus bagaikan intuisi sesekali
dibuat nanar oleh keadaan
relung ini tak terukur
hipotalamus mengadu
seperti kupu - kupu yang baru bisa terbang
dipaksa melawan kerasnya kenyataan

ada yang begitu madar
namun berparas rona
membuat ternganga
dinding ini saksi bisu

kepakkan sayap - sayap itu
menghirup kejamnya dunia
yang sebenarnya fana
sedari itu
kami kembali menyatu dengan semesta


Serahkan saja pada keadaan. Itu akan jauh lebih baik dari yang direncanakan. Kadang semua tak akan sesuai dengan apa yang kita bayangkan, inilah hidup yang penuh dengan misteri - misteri. Aku berusaha untuk meyakinkan diriku sendiri. Mampu bertahan disuatu keadaan, itu sudah menjadi kebanggaan tersendiri. Lalu biarkanlah...

Biarkanlah
Jangan kau ukir terlalu dalam
ibaratkan luka yang sulit disembuhkan
jangan kau ukir cerita terlalu banyak
ibaratkan memorimu berpacu
ukiranmu menyakitiku
ukiranku menyakitiku
biarkanlah…

bagai pacuan kuda berlari
sekencangnya hingga lelah
sayangnya…

tak tahu apa yang ia tuju
berlari sekencang - kencangnya
tanpa tahu apa yang sedang diperjuangkan
tanpa lelah terus berpacu
hingga pelanamu aus
bergesekan dengan kerasnya jalanan
seperti kerasnya hidup
seperti menggantungkan mimpi diatas awan
sulit untuk digapai

ketakutan itu tercipta
entah siapa yang menciptakan
sepasang belalang
memangsa satu sama lain
apa hati mereka membeku?
biarkanlah…

Angin, hujan, matahari
peranmu berlawanan
kau selalu menjadi saksi
saksi bisu tentangku
Selamat tinggal…
Untuk selamat datang

0 komentar:

Posting Komentar