Begitu Semu…
Hati yang
telah tersakiti berulang-ulang kali memang bukan hal mudah untuk cepat mencoba
membuka hati lagi dengan orang yang berbeda, jangankan untuk orang yang berbeda
pada mantanpun aku harus berpikir beribu kali. Sama halnya, untaian kata-kata
yang keluar dari seorang cowok memang tidak menjamin. Bisa jadi itu hanya
ucapan pada saat itu saja dan langsung melupakannya dan mengingkari.
Begitu
banyak hal yang membuat aku semakin trauma dengan semuanya. Terdengar sesuatu
yang hiperbola jika ini ku sebut sebagai trauma. Karena yakin semua pernah
pasti merasakan dan pernah dalam posisi itu. Aku seakan memvonis diriku sendiri
untuk berdiam diri, ditengah-tengah kesunyian, yang entah sampai kapan sesunyi
ini? Siapa yang akan meramaikannya? Entahlah, aku sendiripun tak tahu. Ya
mungkin aku memang sedang diberi wktu untuk menikmati kesendirianku, bukan hal
yang aneh bukan? Hidup memang bagai roda, ada senang ada sedih, tapi sepertinya
lain lagi denganku. Mengapa yang lebih banyak dan lebih sering itu hanyalah
sedih saja? Apa aku salah satu orang yang kurang bersyukur?
Aku telah
berusaha membuka lagi pilar dihati ini, ya, yang tadinya aku sama sekali
memvonis diriku untuk tidak butuh lagi penyemangat. Aku muak dengan semua itu.
Tapi di sisi lain, aku bosan, aku sepi, hampa, datar. Aku memang sedang tidak
membutuhkan sosok yang baru yang bisa temani hariku, untuk mengagumi seseorang
pun itu mungkin lebih dari cukup untuk saat ini. Tapi kenyataanya? Sulit
memang. Mengagumi seseorang tak semudah dulu, ya terlebih sekarang lebih bisa
mudah membaca karakter lawan jenis, dan mungkin lebih selektif lagi ya itu
semua karena pernah dan terlalu sering gagal dan tersakiti. Memang miris..
Sebenarnya
aku iri jika aku melihat keluar sana, dan melihat beberapa individu yang telah
menemukan sosok yang mungkin bagi mereka penyemangat, sempat iri. Tapi dipikir balik,
kenapa aku harus iri sedangkan aku tak tahu pasti apa mereka bahagia seperti
yang aku bayangkan? Jelas-jelas belum tentu kan. Dari situ aku berpikir, jalani
hidup sebagaimana semestinya. Meskipun harapan kita banyak, keinginan kita
banyak, tapi jika memang sulit untuk terkabul untuk apa? Hanya membuat sesak di
hati semakin dalam bukan? Benteng pertahananku mungkin cukup kokoh untuk tidak
lagi masuk ke dalam jebakan yang sama. Da mungkin cukup agar aku tidak lagi
menoleh kebelakang. Perjalanan hidupku sepertinya masih panjang, masih banyak
di depan sana recana Tuhan yang belum aku lewati. Jika memang sudah waktunya
aku diberi kesempatan untuk merasa senang mempunyai se sosok yang mungkin bisa
ku jadikan penyemangat, ya baiklah akan ku buka lagi pilar hatiku perlahan, dan
akan ku persilahkan masuk dalam hatiku, tapi mungkin bukan saat ini.
0 komentar:
Posting Komentar