Jumat, 15 Maret 2013

It was always the same

Kenapa trauma itu harus ada?


Semua redup dengan sendirinya, padam tak kunjung terang tak berujung dengan ketenangan. Meringkuk kesakitan meratapi, dia ruang kecil hanya tembok yang menjadi saksi bisunya. Hanya hembusan angin yang menyadarkannya akan sebuah kehidupan yang amat sangat menyedihkan.


Bukan hidup namanya jika tak merasakan ketakutan pada suatu kejadian, ya Trauma. Perasaan takut, pada suatu kejadian, dan tak ingin kejadian itu terulang kembali. nyaris terlihat lemah, hanya terpaku pada satu masalah, dan mendadak membisu dan terkaget lalu hanya bisa pasrah menerima kenyataan. mengapa sebegitu bodohnya? seharusnya, itu bisa dijadikan sebuah tolak ukur dimana kita harus lebih prespektif dalam memilih, apapun itu.

Pengalamanku mungkin terbilang terlalu banyak suram dibandingkan dengan kebahagiaannya, entah karena pembawaanku, atau hanya terlalu sangatlah sial? entahlah aku tak begitu ingin tau mendetail tetang hal itu. yang aku permasalahkan sekarang adalah, ketraumaan aku pada seseorang yang membuat aku sedikit ragu untuk maju.


Memang payah bukan? hanya melangkah maju saja takut, dengan alasan takut kejadian dulu menimpaku lagi untuk kesekian kalinya.
Terbilang lucu! Karena hany kesepelean itu, jadilah aku sekarang yang takut akan menghadapi kenyataan yang pasti akan menyakitkan. aku belum siap, aku belum mampu merasakan kesakitan itu lagi, aku cukup lelah dengan semua itu, beri aku waktu untuk menghela nafas tenang dari kesakitan yang menerpaku.


Tapi cukup simple, dengan keadaan yang belum begitu siap, dengan extreme aku sangat ingin mencoba untuk memberi dan mencoba membuka ruang hatiku lagi, tapi memang benar-benar terbukti belum bisa sepenuhnya bisa kubuka kembali. Ketakutan superku mengalahkan niatanku untuk kembali mencoba.

Entah harus siapa yang harus ku salahkan? apakah aku? dia ? atau siapa? pada siapa aku harus bertanya? bagaimana bisa kuperbaiki ini semua jika lukapun belum ku tutup dengan baik.


0 komentar:

Posting Komentar