Jumat, 15 Maret 2013

Lembaran Buruk


Apakah Karena Terlalu Cepat?
Sepertinya tak ada sepintaspun bayangan akan bersinggungan denganmu kelak, sama sekali tidak terpikirkan. Mungkin memang sudah jalannya begitu. Dengan polosnya aku, hanya tersenyum kecil saat melihat dia melakukan hal bodoh. Dan padahal kita memang sama sekali tidak saling mengenal, atau mungkin niatan untuk mengenalpun sama sekali tak terbersit. Ku pandangnya memang biasa saja, seperti ku memandang kebanyakan orang. Salahkah aku sedikit tertawa jika ku melihat hal yang mungkin itu terbilang lucu? Aku memang mengetahui sosok dia, tapi aku hanya ingin tahu saja, tidak ingin sampai selebihnya dari itu.
Cukup lama, sepekan itu aku sama sekali tak sadarkan diri bahwa ternyata ada yang diam-diam memperhatikanku. Dengan dinginnya aku, dengan begitu cueknya aku sama sekali tak menggubris apapun. Tapi aku merasa ada suatu hal yang berbeda di hari terakhir, aku merasa seperti ada yang memata-matai, ah entah itu hanya perasaanku saja. Aku tak begitu peduli, ya mungkin saja itu hanyalah kebetulan atau? Entah aku tak mau terlalu memutuskan hal yang masih ganjil.
Tak lama dari itu, tak lain tak bukan dia muncul lagi. Ini lain lagi, dia muncul dengan bersikap lebih menjurus ke privasi. Terlihat aneh bukan? Dari situlah kita saling mengenal dan ya cukup lama kita bersinggungan di setiap hari-harinya, sempat menghilang dan muncul lagi, itulah pada saat itu. Apa ini sebuah kebetulan? Apa unsur kesengajaan? Dalam setiap langkahku menuju ke suatu tempat, selalu saja ada sesi berpapasan dengan dia, apa maksud dari semua ini? Jangan buat aku semakin merasa… ah sudahlah mungkin ini semua hanyalah kebetulan, ya mungkin karena kita satu lingkungan dan mungkin saat waktu yang bersamaan kita memang bertemu.
Lama lama lama, dekat dan kurasa semakin mendekat, imajinasiku sudah mulai bekerja, membayangkan akan seperti apa jika aku dan dia mulai dipertemukan dalam satu lintasan yang sama? Tapi sempat terhenti, aku sempat merasa takut dan tak ingin melangkah. Aku tak yakin, aku belum yakin dengan semua ini, tapi aku sudah bisa membayangkan ini smua akan terjadi. Dan benarlah, ini terjadi. Mungkin sebagian imajinasiku terwujudkan, dan khayalan lainnya memintaku untuk mewujudkannya. Ah terlalu banyak membayangkan wujud semu..
Aku mencoba! Oke baiklah aku coba. Itulah yang pertama kali keluar dari mulutku. Aku siap dan aku coba untuk menjalani lembaran baru. Dan aku sudah persiapkan kertas baru untuk dia isi didalamnya. Baru ku mulai, baru ku putar rekaman tentang aku dan dia. Tiba-tiba kau dengan lancer mem-pausenya dan aku seperti terhempas ribuan kilo meter. Hah, aku mengeluh. Sangatlah mengeluh. Apa salahku? Apa yang sebenarnya terjadi? Aku sempat tak mempercayai dengan apa yang sebenarnya terjadi pada diriku. Dia… yang baru saja ku mulai kisah ini, dia pergi. Dia pergi tanpa alasan sedikitpun. Pergi dan bersikap seperti tak mengenalku sebelumnya. Apa-apaan ini??? Aku seperti orang paling bodoh, semudah ini aku dipermainkan? Ya Tuhan,mengapa ini begitu sangat menyakitkan? Kenapa begitu cepatnya kau ambil kebahagiaanku? Dengan ini caranya? Tak habis aku menyalahkan Tuhan, tapi aku tak harus seperti ini. Ini bukan salah sang pencipta, ini salahku. Mengapa aku begitu tolol? Aku mulai untuk membenci diri sendiri, aku benci keadaanku, yang hanya mengemis kepastian darimu. Ya Ampun… sungguh bodoh! Tak habis aku memaki diriku, mencela diriku, karena betapa bodohnya aku.
Sampai detik inipun aku begitu sangat penasaran dengan hal itu. Apa aku memang benar-benar tak harus tahu? Mengapa? Mengapa kau sangatlah hebat mempermainkan semuanya dengan sangat terrencana? Kenapa harus aku yang jadi korbanmu? Manusia keji. Tak habis aku menyalahkan keadaan ini. Aku benci! Aku benci melihatmu. Apa aku sama sekali tak berhak mengetahui apa alasannya? Mengapa sejahat ini?

Aku menyesal. Aku menyesal telah mengenal dia. Jujur aku menyesal, aku kira ini hanya mimpi,ya bukan! Ini kenyataan. Dan aku merasa sudah tak mempercayai lagi lelaki lain, apalagi DIA.

0 komentar:

Posting Komentar