Apakah Karena Terlalu Cepat?
Sepertinya tak ada sepintaspun bayangan akan bersinggungan
denganmu kelak, sama sekali tidak terpikirkan. Mungkin memang sudah jalannya
begitu. Dengan polosnya aku, hanya tersenyum kecil saat melihat dia melakukan
hal bodoh. Dan padahal kita memang sama sekali tidak saling mengenal, atau
mungkin niatan untuk mengenalpun sama sekali tak terbersit. Ku pandangnya
memang biasa saja, seperti ku memandang kebanyakan orang. Salahkah aku sedikit
tertawa jika ku melihat hal yang mungkin itu terbilang lucu? Aku memang
mengetahui sosok dia, tapi aku hanya ingin tahu saja, tidak ingin sampai
selebihnya dari itu.
Cukup lama, sepekan itu aku sama sekali tak sadarkan diri
bahwa ternyata ada yang diam-diam memperhatikanku. Dengan dinginnya aku, dengan
begitu cueknya aku sama sekali tak menggubris apapun. Tapi aku merasa ada suatu
hal yang berbeda di hari terakhir, aku merasa seperti ada yang memata-matai, ah
entah itu hanya perasaanku saja. Aku tak begitu peduli, ya mungkin saja itu
hanyalah kebetulan atau? Entah aku tak mau terlalu memutuskan hal yang masih
ganjil.
Tak lama dari itu, tak lain tak bukan dia muncul lagi. Ini
lain lagi, dia muncul dengan bersikap lebih menjurus ke privasi. Terlihat aneh
bukan? Dari situlah kita saling mengenal dan ya cukup lama kita bersinggungan
di setiap hari-harinya, sempat menghilang dan muncul lagi, itulah pada saat
itu. Apa ini sebuah kebetulan? Apa unsur kesengajaan? Dalam setiap langkahku
menuju ke suatu tempat, selalu saja ada sesi berpapasan dengan dia, apa maksud
dari semua ini? Jangan buat aku semakin merasa… ah sudahlah mungkin ini semua
hanyalah kebetulan, ya mungkin karena kita satu lingkungan dan mungkin saat
waktu yang bersamaan kita memang bertemu.
Lama lama lama, dekat dan kurasa semakin mendekat,
imajinasiku sudah mulai bekerja, membayangkan akan seperti apa jika aku dan dia
mulai dipertemukan dalam satu lintasan yang sama? Tapi sempat terhenti, aku
sempat merasa takut dan tak ingin melangkah. Aku tak yakin, aku belum yakin
dengan semua ini, tapi aku sudah bisa membayangkan ini smua akan terjadi. Dan
benarlah, ini terjadi. Mungkin sebagian imajinasiku terwujudkan, dan khayalan
lainnya memintaku untuk mewujudkannya. Ah terlalu banyak membayangkan wujud
semu..
Aku mencoba! Oke baiklah aku coba. Itulah yang pertama kali
keluar dari mulutku. Aku siap dan aku coba untuk menjalani lembaran baru. Dan
aku sudah persiapkan kertas baru untuk dia isi didalamnya. Baru ku mulai, baru
ku putar rekaman tentang aku dan dia. Tiba-tiba kau dengan lancer mem-pausenya
dan aku seperti terhempas ribuan kilo meter. Hah, aku mengeluh. Sangatlah
mengeluh. Apa salahku? Apa yang sebenarnya terjadi? Aku sempat tak mempercayai
dengan apa yang sebenarnya terjadi pada diriku. Dia… yang baru saja ku mulai
kisah ini, dia pergi. Dia pergi tanpa alasan sedikitpun. Pergi dan bersikap
seperti tak mengenalku sebelumnya. Apa-apaan ini??? Aku seperti orang paling
bodoh, semudah ini aku dipermainkan? Ya Tuhan,mengapa ini begitu sangat
menyakitkan? Kenapa begitu cepatnya kau ambil kebahagiaanku? Dengan ini
caranya? Tak habis aku menyalahkan Tuhan, tapi aku tak harus seperti ini. Ini
bukan salah sang pencipta, ini salahku. Mengapa aku begitu tolol? Aku mulai
untuk membenci diri sendiri, aku benci keadaanku, yang hanya mengemis kepastian
darimu. Ya Ampun… sungguh bodoh! Tak habis aku memaki diriku, mencela diriku,
karena betapa bodohnya aku.
Sampai detik inipun aku begitu sangat penasaran dengan hal
itu. Apa aku memang benar-benar tak harus tahu? Mengapa? Mengapa kau sangatlah
hebat mempermainkan semuanya dengan sangat terrencana? Kenapa harus aku yang
jadi korbanmu? Manusia keji. Tak habis aku menyalahkan keadaan ini. Aku benci!
Aku benci melihatmu. Apa aku sama sekali tak berhak mengetahui apa alasannya?
Mengapa sejahat ini?
0 komentar:
Posting Komentar